Jumat, 19 Januari 2007 |
Cina Minta RI Cepat
Serap Pinjaman untuk Proyek Infrastruktur
Pemerintah Cina minta agar RI mempercepat penyerapan dana
pinjaman yang mereka sediakan sejak tahun lalu untuk proyek infrastruktur
perhubungan. Dari total nilai US& 800 juta, masih tersisa US$ 200 juta.
"Yang US$ 200 juta itu diarahkan untuk pembangunan rel
KA jalur ganda Cirebon-Kroya," kata Dubes RI untuk Cina, Mayjen (Purn)
Sudrajat usai diterima Presiden Susilo B. Yudhoyono (SBY) di Kantor Presiden,
Jakarta, Jumat (19/1/2007).
Menurut Sudrajat, belum juga terpakainya sisa dana US$ 200
juta itu akibat belum disepakatinya nilai proyek antara Pemerintah RI dengan
kontraktor. Bahkan akibat kenaikan harga komponen, pihak investor menyatakan
nilai proyek itu menjadi US$ 400 juta.
Dengan adanya kenaikan dua kali lipat tersebut, berarti
pemerintah harus siap menyuntikkan tambahan dana US$ 200 juta. Bila hal
tersebut sulit dilaksanakan dalam waktu dekat, Presiden memberi arahan agar
alokasinya dialihkan ke proyek infrastruktur lain. "Ini akan kita
bicarakan dengan Bappenas dan Dephub," imbuhnya. (Luhur Hertanto)
Sumber : detikcom |
Terakhir diperbaharui ( Jumat, 19 Januari 2007 )
|
|
Selasa, 17 Oktober 2006 |
Pada tanggal 1 September 2006, ada artikel berita dari harian Suara Merdeka edisi Kedu dan DIY, isi artikel berita sebagai berikut:
Rel Ganda Itu Dimodali Jepang PEMBANGUNAN double track (rel ganda) dari Stasiun KA Kutoarjo sampai Stasiun Tugu (Yogyakarta) ternyata didanai dengan pinjaman dari Jepang. Proyek raksasa itu dimulai sejak 17 Mei 2004 dan ditargetkan akan selesai pada November 2007.
Salah satu konsultan proyek, Ir M Nur Sjamsi ZA, ketika ditemui kemarin menyatakan yang punya kerja atas proyek lintas selatan (PLS) itu adalah Departemen Perhubungan. Mungkin karena modalnya dari Jepang, sebagai pelaksana proyeknya juga berasal dari Jepang, yakni Japan Future Enginering (JFE). Dalam hal pelaksanaannya, perusahaan raksasa asal Jepang itu merangkul perusahaan lokal, yakni PT Wijaya Karya (PT Wika). |
Terakhir diperbaharui ( Minggu, 11 Maret 2007 )
|
Baca selengkapnya...
|
|
Jumat, 11 Agustus 2006 |
Sebagai titik awal untuk mencapai kinerja yang tinggi, perusahaan harus mendifinisikan siapa pihak yang berkepentingan dan apa kebutuhan mereka. Dahulu sebagaian besar perusahaan memberikan perhatian tersebut kepada pemegang saham, sekarang perusahaan telah lebih menyadari bahwa tanpa memuaskan para pemercaya lainya seperti pelanggan, karyawan, pemasok dan distributor maka perusahaan tersebut tidak akan menghasilkan laba yang memadai bagi pemegang saham. Jadi bila karyawan, pelanggan, distributor dan pemasok tidak puas maka berpuluang kecil untuk meghasilkan laba.
Suatu perusahaan berusaha untuk memenuhi harapan minimum dari setiap kelompok pemercaya. Pada saat bersamaan, perusahaan dapat berusaha untuk memberikat tingkat kepuasan diatas tingkat minimum untuk pemercaya berlainan. Sebagai contoh perusahaan berusaha menyenangkan pelanggan, bersikap baik pada karyawan dan memberikan tingkat kepuasan minimum kepada pemasok. Dalam menetapkan tingkat-tingkat itu, perusahaan harus hati-hati agar tidak melanggar rasa keadilan berbagai kelompok pemercaya mengenai perlakuan relative yang mereka terima. |
Terakhir diperbaharui ( Jumat, 11 Agustus 2006 )
|
Baca selengkapnya...
|
|
|
|
<< Mulai < Sebelumnya 11 12 Selanjutnya > Akhiri >>
|